Jumat, 13 Desember 2013

New Journey - A Boy who lived

jakarta, 14 Desember 2013

Seminggu yang lalu aku baru saja ulang tahun. Beberapa hari kemudian, di hari yang kata orang itu tanggal cantik, aku membuat suatu langkah besar dalam hidupku.

11-12-13. Aku resmi resign dari pekerjaanku.

Hari itu akupun mengurus administrasi exit clearance. Saat itu aku masih berpikir, apa ini nyata???

ya, seorang pemuda baru lulus dari kampus dan bekerja selama 1,5 tahun, belum punya apa-apa, sudah memutuskan resign dengan menanggung beban utang penalti 34 juta rupiah.

aku pulang memandangi kamarku. Kosan ini sudah menjadi rumahku cukup lama. begitu banyak barang yang berguna maupun hanya sekedar pemanis di kamar ini. sebentar lagi kamar ini akan memiliki pemilik baru yang mungkin bisa lebih perhatian.

aku mengingat kembali alasanku resign dan aku tersenyum. Hilang galau yang selama ini kupikirkan. Aku melakukan ini untuk keluargaku. Biarlah aku yang banting tulang dan memikirkan jalan keluar dari permasalahan keluargaku.

Ibu, aku datang.. anakmu pulang. Ibu harus sehat.

aku menomorduakan karirku bu. aku akan buat ibu sehat. aku akan selalu dekat dengan ibu sekarang.

Bukan. Aku bukan tidak bekerja, tetapi saat ini, sudah cukup aku bergelut dengan dunia kerja yang seperti ini. waktuku terlalu berharga untuk sekedar uang. Aku mau lebih dari sekedar uang.

Aku terlihat ambisius bukan? Aku memang ambisius. Namun aku ambisius untuk hal yang prinsipil. keluargaku nomor satu. aku tak berarti tanpa keluargaku. bekerja di tempat yang tidak bisa bertemu keluarga. TIDAK LAGI.

aku bukan orang yang cengeng, apalagi melow. Tapi hidup cuma satu kali. sungguh suatu hal yang konyol jika hidup dengan pilihan yang salah. aku hanya ikuti kata hatiku.

keputusan bodoh dan cerdas itu memang beda tipis.

Kita lihat saja apa jawabannya 6 bulan lagi. dan perjalanan baru pun dimulai.

Keep Struggling, a boy who lived (maybe).
Read more...